Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
| Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi |Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung |Kata Perenungan |



Belajar untuk Bekerja

Sore itu terasa istimewa untuk 51 orang ibu rumah tangga, warga Perumahan Cinta Kasih Cengkareng. Mereka secara khusus mengenakan kebaya putih dengan kain batik sebagai pakaian wisuda mereka. Sebelumnya, mungkin tidak pernah terlintas dalam benak, bahwa diri mereka akan mengikuti suatu upacara wisuda, sebab beberapa orang di antara mereka bahkan tidak sempat mengecap pendidikan dasar di sekolah.

 

Setiap Rabu sore, sejak 3 Maret 2005, di ruang kelas Sekolah Cinta Kasih masih berlangsung kegiatan belajar-mengajar, padahal saat itu sudah lewat jam sekolah. Para murid yang hadir pada kelas sore itu adalah peserta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Cinta Kasih Tzu Chi. Program ini baru dimulai tahun 2005, ketika Yayasan Buddha Tzu Chi Wiyata, bagian dari Tzu Chi Indonesia yang berkonsentrasi di bidang pendidikan, mengamati adanya warga Perumahan Cinta Kasih yang belum bekerja dan tidak memiliki ketrampilan.

Program PKBM yang dilangsungkan selama 2 bulan itu, membuka kelas-kelas yang mengajarkan berbagai ketrampilan seperti menjahit, salon, tata boga, komputer, dan keaksaraan fungsional. Untuk angkatan pertama, jumlah siswa yang mendaftar 84 orang. Khusus ketrampilan yang terakhir, diadakan karena melihat adanya warga yang belum dapat membaca, menulis, dan berhitung.

 

Mendidik Satu Generasi

Pengadaan PKBM tidak secara khusus bertujuan untuk melakukan pemberdayaan perempuan, meskipun sebagian besar ketrampilan yang diajarkan memang memiliki kaitan erat dengan bidang yang menurut masyarakat adalah ¡¥dunia perempuan¡¦. Sesungguhnya, semua ketrampilan tersebut juga terbuka untuk pria, dan yang terpenting adalah selalu berbasis pada kebutuhan masyarakat. Meskipun pada akhirnya, kegiatan ini lebih banyak diminati oleh para ibu rumah tangga di Perumahan Cinta Kasih yang ingin mendapat ketrampilan untuk membuka usaha, menambah nafkah keluarga.

PKBM tidak hanya mengutamakan pendidikan ketrampilan, namun juga bekerja sama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kotamadya Jakarta Barat, memberikan pembinaan kerohanian, kesehatan, serta etika kepribadian. Apalagi dengan kondisi dimana rata-rata peserta didik merupakan ibu rumah tangga. Dr. Roslina Sinaga, M.Pd, salah seorang anggota tim penyelenggara PKBM berharap program ini dapat melatih perempuan dalam menjalankan fungsinya sebagai istri, ibu dari anak-anak, anggota masyarakat, dan pendidik keluarga yang pertama. ¡§ Ada pepatah yang mengatakan ¡¥mendidik satu perempuan sama dengan mendidik satu generasi¡¦,¡¨ demikian ungkapnya.

 

Ketrampilan Baru, Impian Baru

Supriati, seorang peserta kelas menjahit, sehari-harinya dipanggil dengan sebutan ¡¥Ibu Jagung¡¦. Panggilan ini muncul karena suaminya berjualan jagung rebus. ¡§Gapapa dipanggil Bu Jagung, hidup saya memang dari jagung. Anak-anak sekolah juga dari jagung. Saya nggak malu kok, soalnya kenyataannya memang begitu,¡¨ kata Supriati dengan polos. Ia mendaftar dalam kelompok menjahit karena ingin belajar membuat pakaian, tapi setelah mulai belajar, ia sempat merasa heran karena bahan-bahan jahitan yang ditunjukkan oleh para gurunya berupa kain perca. ¡§Saya bingung, kain kecil-kecil ini mau dibuat apa, itu pun boleh dapet dari daur ulang,¡¨ lanjutnya. Tapi setelah 2 bulan mengikuti kelas di PKBM, ia sekarang bisa menyulap kain perca tersebut menjadi sarung handphone yang cantik, celemek, tas, dan lain sebagainya. Barang-barang yang semula ia anggap sampah, telah berubah wujud menjadi benda berguna yang bisa menghasilkan uang.

Ketrampilan yang diajarkan di PKBM memang tidak banyak menuntut keahlian khusus. Namun dari apa yang diperoleh dari sini, sebagian besar peserta yang telah diwisuda tersebut kini dapat memiliki usaha yang cukup untuk sekadar menambah penghasilan keluarganya. Salah satunya Sofiah bersama dengan rekan-rekannya dari kelompok salon, sudah 4 bulan ini ia menjalankan usaha salon keliling. Ibu yang tinggal di blok Mangga ini menyatakan, ¡§Kami mencoba menjual jasa salon dari pintu ke pintu, dengan mematok harga keramas dan creambath Rp 5.000,- serta lulur Rp 15.000,-¡§ Dengan usaha yang kini ia miliki, Sofiah berharap bisa mewujudkan cita-citanya untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

 

Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain

Pengetahuan memang adalah sesuatu yang harganya tidak ternilai dengan uang. Namun apabila pengetahuan yang dimiliki seseorang tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh orang lain, sebaliknya justru akan menjadi tersia-sia. Teladan yang baik ditunjukkan oleh Sri Leander, guru kelas menjahit di PKBM Cinta Kasih yang telah menekuni profesi ini sejak tahun 1985. Selama mengajar di PKBM, Sri harus menempuh jarak yang cukup jauh dari rumahnya di Cipinang ke Cengkareng. Untuk ongkos angkutan saja sebesar Rp 20.000,-. Meskipun tidak menerima timbal balik dalam bentuk materi, Sri tetap merasa senang dapat menyumbangkan kemampuannya untuk beramal.

Hal yang sama juga dipesankan oleh Anny Fadjar P., ketua TP PKK Jakarta Barat, lewat sambutannya dalam acara wisuda PKBM Cinta Kasih angkatan I yang diadakan pada tanggal 13 September 2005. ¡§Saya berharap ibu-ibu yang telah mendapat pelajaran, mengajarkan juga apa yang telah diperoleh pada orang-orang di sekelilingnya,¡¨ kata istri walikota yang juga mengajar di PKBM ini. Dalam wisuda ini juga dilakukan pelantikan untuk peserta angkatan II yang jumlahnya meningkat menjadi 143 orang.

¡E Ivana

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id